Jumat, 05 Maret 2010

tugas ke-2, tgl 2 maret '10 "data MENGENAI RITEL"

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL
USAHA TERNAK AYAM POTONG DI WILAYAH PARUNG HIJAU
Indo Yama Nasarudin
1. PENDAHULUAN
Eksistensi UKM dalam perekonomian Indonesia cukup dominan dan signifikan. Sedikitnya, terdapat 3 (tiga) indikator yang menunjukkan bahwa keberadaan UKM di Indonesia memiliki posisi dominan dan signifikan. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data pada Biro Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi & UKM, jumlah UKM tercatat 42,39 juta, dengan ketentuan 98 % tergolong usaha kecil, 1.5% tergolong usaha kecil dan 0,5% tergolong usaha menengah. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UKM menyerap 79,04 juta tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72% dari total PDB (BPS, 2004).
Bagi pihak intermediary system, semangat pengembangan UKM masih sangat ”canggung“ untuk ditanggapi, artinya pengembangan UKM yang digalakkan oleh pemerintah (kementrian Koperasi) dipandang masih sangat sulit menjadi primadona portfolio investasi yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham. Dengan adanya kecenderungan ini, lumrah saja jika fakta penguasaan aset nasional untuk pengusaha golongan ekonomi lemah hanya mencapai 8 %, kemudian usaha koperasi juga hanya mencapai 10%. Sedang untuk BUMN pengusaan aset nasional mampu mencapai 24% dan sisanya sebesar 58% dikuasai oleh 200-300 group usaha besar.
Di sisi lain, permasalahan UKM yang berkaitan dengan sumber daya manusia (human resources), manajemen, funding access, informasi teknologi dan market acces membuat para pengusaha UKM –umumnya- memposisikan diri untuk ”apatis“ dalam membangun simbiosis yang harmonis dengan pihak intermediary. Hal ini terbukti dengan data yang menunjukkan bahwa hanya 31% pihak UKM yang menerima kucuran kredit, sisanya sebanyak 21% ditolak (tidak visible) dan bahkan 48% pengusaha UKM tidak mengajukan kredit pembiayaan sama sekali dari pihak perban.
Berkenaan dengan hal itu salah satu industri memiliki potensi untuk dikembangkan dan sebagai penopang kebutuhan pokok rakyat yang berkembang adalah peternakan ayam potong. Namun masih banyak kendala yang dihadapi para pelaku usaha pada komoditas ini. Akhir-akhir ini kenaikan bahan baku menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha semakin berkurang meski efisiensi biaya produksi telah dilakukan, sementara jika harga dinaikkan dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah membuat kehidupan masyarakat kian sulit. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang mendalam baik dari aspek produksi, pemasaran dan keuangan dalam mengukur tingkat kelayakan sekaligus melihat peluang dan hambatan pada industri ini. Apalagi ditambah dengan kondisi merebaknya penyakit flu burung yang menjadikan permintaan terhadap daging ayam merosot tajam.
Berdasarkan paparan tersebut maka dalam kajian ini akan dirancang analisis kelayakan ekonomi yang terdiri dari analisis marketing, produksi dan sumberdaya manusia dan analisis finansial untuk melihat kelayakan usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisa kajian literatur yang berkenaan dengan variable-variabel yang digunakan dalam pengumpumpulan data. Pendekatan kuantitatif diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada responden. Pendekatan ini dilakukan agar kajian ini memperoleh hasil yang valid dan komprehensif.
Dari populasi yang menjadi subjek dalam kajian ini, kemudian diambil sampel. Responden yang menjadi sampel penelitian untuk masing-masing kegiatan studi kelayakan ekonomi dan finansial UKM dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
§ Pelaku UKM yang menjalankan usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau.
§ Telah menjalankan usaha yang sejenis selama lima tahun
§ Data yang diambil merupakan data yang wajar.
2.1. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari berbagai kelompok responden serta setelah dilakukan entri dan tabulasi data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap hasil survei. Hasil dari survey dan analisa ini akan menjadi dasar informasi untuk mendesain kebutuhan seperti apa yang harus dipenuhi dari sisi operasional. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang nantinya akan menjadi dasar bagi tahapan selanjutnya, yaitu melakukan penyusunan kelayakan ekonomi dan finansial.
a. Aspek Produksi
Analisis teknis berkenaan dengan kegiatan produksi dan operasi yang dijalankan. Penilaian kelayakan diukur secara kuantitatif dengan menggunakan kuisioner untuk melihat apakah menurut pelaku usaha kegiatan teknis produksi dan operasi yang dijalankan telah layak secara ekonomi.
Faktor-faktor yang yang menjadi pertimbangan dalam aspek produksi seperti sebagai berikut: lokasi usaha, fasilitas produksi, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses produksi, jumlah, jenis dan mutu, produksi optimum, kendala produksi.
b. Aspek Pasar
Analisis usaha dapat dilakukan secara kualitatif atau deskriptif kuantitatif untuk mengetahui aspek pasar dan pemasaran. Secara umum, titik tolak dalam alur pikir tersebut adalah penyusunan aspek pemasaran dapat dilakukan setelah pengusaha mempunyai rencana pengembangan bisnis. Pengembangan bisnis dapat diarahkan dalam rangka meningkatkan omset atau volume penjualan dan untuk meningkatkan efisiensi. Peningkatan omset penjualan dapat dicapai melalui pilihan strategi bisnis yaitu, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan differensiasi produk.
Setelah ditetapkan strategi bisnis yang akan dikembangkan, selanjutnya dilakukan analisis pasar untuk mengetahui kelayakan aspek pasar. Hasil yang diinginkan adalah sampai seberapa besar potensi dan peluang pasar yang tersedia serta risiko pemasaran apa yang mungkin muncul apabila rencana bisnis tersebut dapat diimplementasikan. Hasil tersebut diharapkan sebagai bahan untuk menyususn target penjualan dan strategi pemasaran yang akan dikembangkan.
Strategi pemasaran meliputi kombinasi antara kebijakan mengenai produk, tempat, harga dan promosi yang disesuaikan dengan kajian risiko pemasaran dan target penjualan yang diinginkan.
Potensi dan peluang pasar dapat diketahui melalui kajian pasar yang ada saat ini dan pasar potensial. Pasar efektif saat ini, antara lain dapat diketahui melalui identifikasi mengenai jumlah dan karakteristik pelanggan, volume penjualan yang ada, tingkat dan perkembangan harga, cara pembayaran, tingkat persaingan, kontinuitas penjualan dan permintaan yang belum terpenuhi serta faktor lainnya yang mempengaruhi potensi pasar efektif. Pada umumnya sumber informasi untuk mengkaji pasar efektif berasal dari data primer (pengusaha dan pihak terkait lainnya). Sedangkan pasar potensial antara lain dapat dikaji melalui data makro permintaan, hambatan pemasaran yang bersifat kebijakan dan non kebijakan seperti monopoli, pangsa pasar dan lain-lain. Pada umumnya sumber informasi untuk mengkaji pasar potensial berasal dari data sekunder dari lembaga terkait. Berikut ini faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melihat aspek pasar adalah sebagai berikut: permintaan, penawaran dan persaingan pasar, harga, jalur pemasaran, kendala pemasaran, pemilihan pola usaha, market size dan market share, segmentasi, positioning dan targeting.
c. Aspek Finansial
Dalam aspek finansial ini akan disajikan informasi tentang biaya investasi, modal kerja, cash flow dan biaya operasional yang terdiri dari fixed cost dan variable cost. Sebelum menyusun analisis kelayakan finansial maka perlu dibuat ihktisar biaya investasi. Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan jenis transaksinya menurut Haming dan Basamalah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu:
§ Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada industri kecil terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin.
§ Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
Kelayakan investasi dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam hal ini menggunakan; analisis break even point, benefit/cost ratio, payback periods, net present value, profitability index, internal rate of return dan rentabilitas ekonomi.
(1). Break Even Point
Merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yag disingkat TC.
Penentuan break even didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan BEP adalah Sebagai berikut:
F
BEP HARGA JUAL = S =———————-
1 – (VC/S)
F
BEP KUANTITAS = Q = ———————–
P – V
dimana:
F = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel Total
S = Total Penjualan
V = Biaya Variabel per unit
P = Harga
(2). Benefit/Cost Ratio
PV Benefit
B/C = —————
PV Cost
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilau uang sekarang, artinya dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Untuk menghitung B/C ratio dapat digunakan formula berikut.
dimana :
B/C : Benefit/Cost ratio
PV Benefit : Present Value dari benefit
PV Cost : Present Value dari cost
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
§ Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
§ Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
§ Net B/C Ratio <>
(3). Payback Period
PaybackPeriod adalah Waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan cash flow yg dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Sebuah investasi diterima/layak jika payback period lebih rendah daripada waktu yang dipersyaratkan.
Menurut Sofyan (2002: 19), teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback Period = Investasi = xxx
PV Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
PV Proceeds tahun 2 = xxx -
Sisa = xxx
dst
(4). Net Present Value
Net Present Value mengukur berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang dikeluarkannya. Discounted cash flow valuation adalah Proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang. Untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak.
Menurut Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi.
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut:
q Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
q Apabila NPV < npv =" 0,">
(5). Probability Index
Profitability Index (PI) merupakan Perbandingan antara nilai cash flow investasi dengan biaya investasi yang dikeluarkan. Suatu investasi dikatakan layak jika nilai PI lebih besar daripada satu, sebaliknya jika nilai PI kurang dari ssatu maka investasi ditolak.
PV Investasi
PI = ——————–
Biaya Investasi
dimana
PI = Profitability Index
PV Investasi = Present value investasi
f. Internal rate of return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan.
IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178).
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 3.1. terlihat nilai skor kinerja marketing usaha ayam potong. Kualitas budidaya sudah sangat baik, dan dipertahankan tingkat kegagalan panen yang rendah, diversifikasi budidaya dipertahankan agar produk yang dihasilkan tetap terdifferensiasi. Kinerja harga jual hasil budidaya cukup baik, harga jual berfluktuatif dan perubahan harga masih dalam waktu yang longgar meskipun banyak faktor yang mempengaruhi perubahan harga. Wilayah dan jalur pemasaran perusahaan cukup baik dan rantai pemasaran perlu ditingkatkan dengan melibatkan banyak pihak. Luas dan relung pasar yang mampu dikuasai perusahaan relatif baik serta posisi perusahaan dalam pasar cukup positif. Segmentasi dan penempatan pasar yang dituju kurang baik, perusahaan perlu melakukan pemecahan dan fokus terhadap pasar yang dilayani. Tingkat persaingan normal dan pesaing potensial mudah memasuki pasar, perusahaan perlu menciptakan image yang positif di mata konsumen. Tidak ada kegiatan promosi.
inerja produksi usaha terbak ayam potong di wilayah Parung Hijau. Aksesibilitas sangat positif. Fasilitas Produksi dan Peralatan sangat mendukung usaha. Tingkat ketersediaan, sumber, tingkat harga dan pembiayaan bahan baku normal. Kinerja tenaga kerja perusahaan sangat positif dalam mendukung usaha. Kinerja teknologi perusahaan normal. Tahapan, persyaratan dan waktu produksi memiliki kinerja yang positif dalam mendukung usaha. Jumlah hasil budidaya dan tingkat penyerapannya memiliki kinerja yang positif dalam mendukung usaha.
Informasi tentang kinerja manajemen dan sumber daya manusia usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau. Kinerja bentuk organisasi perusahaan yang terdiri dari kepemilikan badan hukum dan izin usaha rendah. Kinerja profil usaha yang terdiri atas skala usaha dan sistem pengelolaan usaha perusahaan standar. Kinerja tingkat kompensasi perusahaan standar.
kinerja dan kelayakan finansial usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau. Nilai Break Event point kuantitas perusahaan sebesar 19.695 ekor, secara rata-rata berada di bawah nilai produksi. Nilai break even point terendah dengan nilai 17.601 ekor ayam dan tertinggi sebesar 27.088 ekor. Sedangkan rata-rata produksi berkisar antara 30.000 ekor sampai 42.000 ekor jauh di atas nilai titik impasnya. Kemudian dilihat dari nilai break even point penjualan juga memiliki kondisi yang sama dengan nilai RP 323.599.547, dengan nilai terendah sebesar Rp 193.608.560 dan tertinggi sebesar Rp 406.324.873 jauh di bawah nilai harga jual yang berkisar antara Rp 330.000.000 sampai Rp 924.000.000.
Nilai Benefit cost ratio (BCR) sebesar 1.16 lebih besar dari satu. Ini menggambarkan bahwa keuntungan lebih besar dibandingkan biaya yang dikelurkan perusahaan.
Nilai Payback Period sesesar 9,12 tahun di bawah waktu yang ditetapkan yaitu 10 tahun. Ini menunjukkan bahwa waktu pengembalian investasi selama 9,12 tahun.
Net present Value bernilai positif sebesar RP 88.496.379 menunjukkan kondisi yang baik karena total present value lebih besar dibandingkan initial outlay. Nilai profitability index sebesar 1,08 menunjukkan angka yang baik karena lebih besar daripada 1. Internal rate of return (IRR) sebesar 31.533% menunjukkan nilai yang baik karena jauh di atas tingkat bunga yang dipersyaratkan yaitu sebesar 15%. Berdasarkan pengukuran finansial secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam layak untuk dilanjutkan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek ekonomi baik kinerja marketing yang secara umum menunjukkan status berwarna kuning. Ini berarti usaha masih layak untuk dijalankan namun kinerja marketing perlu ditingkatkan. Kinerja Produksi secara umum memiliki status berwarna hijau. Kinerja ini perlu dipertahankan. Kinerja manajemen dan sumber daya manusia memiliki status merah artinya usaha perusahaan ayam potong di wilayah parung umumnya memiliki kinerja yang kurang baik. Berdasarkan kinerja ini perusahaan perlu melakukan pembenahan yang menyeluruh terhadap aspek manajemen mereka agar usaha memiliki daya saing yang tinggi. Kinerja keuangan usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau umumnya baik.
REFERENSI
Budi Frensidy, 2008. Financial Mathematics, Salemba Empat, Jakarta
Freddy Rangkuti, 2006. Business Plan, Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, PT Gramedia Pustaka Utama.
Horne, Van, James C, John M. Wachowicz, Jr, 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi Sembilan, Salemba Empat, Jakarta.
Kementerian UKM dan Koperasi, 2008. Laporan Penelitian Decision Support System Kelayakan Ekonomi dan Finansial UKM, Jakarta.
Keown J Arthur, et. al, 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.

tugas ke-2, tgl 2 maret '10 "data MENGENAI RITEL"

Omset Penjualan Kuartal-1 PT Matahari Putra Prima Tbk Mencapai 2,9 T @ Mesin Kasir

Mei 3, 2009 · & Komentar

Salah Satu Upaya Promosi Matahari
Salah Satu Upaya Promosi Matahari
PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mencatatkan pertumbuhan nilai penjualan sebesar 17,4% menjadi Rp 2,9 triliun selama kuartal I-2009. Sedangkan laba bersih perseroan naik dua kali lipat menjadi Rp 36,3 miliar dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Manajemen Matahari dalam siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, Jumat (1/5), mengungkapkan, selama kuartal I-2009 perusahaan itu berhasil mencatatkan pendapatan positif dari harga pasar atas lindung nilai mata uang asing berdasarkan pergerakan nilai yen Jepang terhadap rupiah.
“Nilai penjualan perseroan didukung pertumbuhan dua unit bisnis utama. Grup departemen store membukukan pertumbuhan penjualan 14,7% menjadi Rp 1,24 triliun, sedangkan divisi food group mencatatkan penjualan tumbuh 21,2% menjadi Rp 1,5 triliun,” kata Presiden Direktur Matahari Benjamin Mailool.
Dia menjelaskan, volume laba kotor Matahari naik 9,8% dari Rp 657,3 miliar menjadi Rp 721,9 miliar. Meski laba kotor naik, nilai beban operasional juga meningkat 17,5% dari Rp 577,2 miliar menjadi Rp 678,0 miliar. Itu terjadi akibat beberapa faktor pengeluaran utama, seperti biaya sewa tahun per tahun yang naik 20,9% serta gaji dan upah yang naik 26,9%.
“Kenaikan itu secara signifikan mengurangi posisi laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest tax) dari RP 80,2 miliar menjadi Rp 43,9 miliar,” ujarnya.
Benjamin mengungkapkan, kerugian kurs tahun lalu berubah menjadi keuntungan kurs senilai Rp 75 miliar pada kuartal I-2009. Itu menyebabkan laba bersih perseroan naik dari 18,1 miliar menjadi Rp 36,3 miliar. Pada 2008, Matahari mengalami kerugian kurs akibat volatilitas pergerakan yen Jepang terhadap rupiah.
Salah satu sudut gerai Matahari Dept Store
Salah satu sudut gerai Matahari Dept Store
Siapkan Ekspansi
Selama kuartal I-2009, menurut Benjamin, Matahari sukses membuka sebuah departemen store, dua hipermarket, dan sejumlah toko buku berstandar internasional. Untuk kaurtal II-2009 dan seterusnya, perseroan menyiapkan sejumlah ekspansi, antara lain dua departemen store, empat hipermarket, satu supermarket, dan sejumlah format pendukungnya.
“Tapi kami akan bersikap hati-hati dengan tetap optimistis mengawasi pasar dan menyesuaikan langkah ekspansi sejalan kondisi pasar,” tandasnya.
Matahari merupakan perusahaan ritel terbesar di Indonesia dengan jumlah store terbanyak, yaitu 86 departemen store, 46 hipermarket, 26 supermarket, 51 gerai farmasi, dan lebih dari 79 family entertainment centers yang dioperasikan di lebih dari 50 kota di Indonesia.
Matahari tahun ini memutuskan untuk memperkuat likuiditasnya dengan tidak membagikan dividen dari laba bersih 2008 sebesar Rp 10,5 miliar kepada pemegang saham. Laba bersih perusahaan akan dialokasikan sebagai dana cadangan Rp 2 miliar dan laba ditahan Rp 8,5 miliar.
“Dengan ketidakpastian pasar, baik di sektor finansial maupun sektor riil, manajemen memutuskan untuk mengambil langkah hati-hati dengan memaksimalkan penggunaan laba bersih guna memperkuat likuiditas,” papar Benjamin.
Direktur Komunikasi Perusahaan Matahari Danny Konjongian pernah mengungkapkan, tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan 10-15% atau Rp 6,49 – Rp 6,78 miliar. “Sedangkan laba bersih diharapkan mencapai satu digit tertinggi atau dua digit terendah dari perhitungan laba tanpa indikator unrealized loss,” ujarnya.
Analis Kim Eng Securities Dian Abdul Hakim dalam risetnya mengungkapkan, bisnis Matahari masih prospektif seiring masih cerahnya bisnis ritel di Tanah Air. “Otonomi daerah, perubahan gaya hidup, dan pertumbuhan ekonomi turut mendukung faktor ekspansi industri ritel,” ucapnya.
Dian mencontohkan, pertumbuhan penjualan kotor Matahari naik rata-rata 15% per tahun. Pertumbuhan penjualan dari department store rata-rata 9%, sedangkan dari makanan tumbuh rata-rata 28% per tahun. Investor

Berikut ini adalah beberapa contoh laporan yang merupakan informasi bagi tingkatan
manajemen yang ada di perusahaan retail :

· Informasi dari data processing yang berguna bagi manajemen tingkat operasional


Laporan Penjualan per Kasir
Tanggal 31 Juli
Shift KodeKasir NamaKasir JumlahTrans NettoPenjualan PotonganPenjualan BrutoPenjualam
I 123 Karmila 76 727.000 0 727.000
II 124 Medya 93 950.000 13.000 937.000


· Informasi bagi tingkat perencanaan taktis

Laporan Penjualan per Item / Kelompok Barang
Tanggal 31 Juli 1998
KodeBarang NamaBarang Unit HargaSatuan JumlahPenj. %RatioPenj. HargaPokok JumlahH.P
10.001 Coca Cola 8 2.000 16.000 7.69 1.570 12.560
10.002 7 up 7 2.000 14.000 6.73 1.570 10.990
10.003 MineralWater 1 3.000 3.000 1.44 2.355 2.355
10.004 Aqua 15 1.500 22.500 10.82 1.177 17.655
LabaKotor % LabaKotor
3.440 21.50
3.010 21.50
645 21.50
4.845 21.53
Kelompok –10
Min.Non ALkohol 31 55.500 36.69 43.560 11.940 21.51


20.001 HeinekenBeer 4 8.500 34.000 16.35 5.984 23.936
20.002 AnkerBeer 0 7.000 0 0.00 4.928 0
20.003 Brandy 3 9.500 28.500 13.71 6.688 20.064
20.004 FrenchWine 1 10.500 10.500 5.05 7.392 7.392
White
LabaKotor % LabaKotor
10.064 29.60
0 ERR
8.436 29.60
3.108 29.60
Kelompok – 20 8 73.000 35.10 51.392
Min. Alkohol
21.608 29.60


30.001 DjieSam SU 5 3.500 17.500 8.42 3.132 15.660
30.002 MarlboroLight 8 3.000 24.000 11.54 2.685 21.480
30.003 DunhilMerah 1 3.200 3.200 1.54 2.864 2.864
30.004 GG Surya 10 2.500 25.000 12.02 2.237 22.370
30.005 GG Filter 3 2.000 6.000 2.89 1.790 5.370
30.006 Benson & 1 3.750 3.750 1.80 3.356 3.356
Hendes
LabaKotor % LabaKotor
1.840 10.51
2.520 10.50
336 10.50
2.630 10.52
630 10.50
397 10.51
Kelompok–30
Rokok 28 79.450 38.21 71.100 8.350 10.51

TotalPenjualan 67 207.950 100.00 166.052 41.898 20.15



· Informasi bagi tingkat perencanaan dan pengendalian strategis
Laporan Perhitungan Laba / Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada
31 Juli 1998
URAIAN
PENJUALAN
- Total Penjualan 21.724.625
- Retur Penjualan 45.000
Penjualan Bersih : 21.679.625 100.0

HPP :
- Persediaan awal 17.599.314
- Pembelian 0
Persediaan siap jual 17.599.314

- Persediaan akhir 1.351.547
HPP : 16.247.767 74.9

LABA KOTOR 25.1

BIAYA OPERASIONAL
- B. Pemasaran 400.000 1.8
- B. Administrasi Umum
Gaji & Upah 2.150.000 9.9
Telp. / Fax. / Listrik 725.000 3.3
Dll 300.00 1.4

Total Biaya Operasional 3.575.000 16.5

LABA Sebelum Pajak : 1.856.858 8.6

PAJAK (pph-25) 0 0.0

LABA BERSIH 1.856.858 8.6

Kamis, 04 Maret 2010

tugas ke-2, tgl 2 maret '10 "Data Mengenai Ritel"

Sistem Informasi Manajemen Ritel

Dalam perdagangan eceran atau ritel dimana arus data barang dagangan dan
uang berputar sangat cepat diperlukan pengendalian dan pengawasan yang baik.
Salah satu bentuk pengendalian dan pengawasan tersebut adalah dengan
melakukan pencatatan data yang tertib dan teratur, serta penyuguhan informasi
dalam bentuk sistem pelaporan yang tepat waktu dan akurat sehingga
memberikan manfaat yang optimal bagi setiap keputusan yang akan diambil.
Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel) adalah suatu sistem informasi yang
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang berbasis pada pemanfaatan
teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi pengolah data sebagai penyedia
informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan yang berhubungan dengan
operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal pembuatan keputusan.

Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem Informasi
Manajemen lainnya, meliputi :
1. Tingkatan informasi untuk proses transaksi, dalam hal ini fungsinya adalah sebagai
inquiry response. Tingkatan ini biasanya menjadi tanggung jawab dari staff atau
clerk.
2. Tingkatan informasi untuk perencanaan operasional, pengendalian dan
pengambilan keputusan. Informasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
setiap harinya dibutuhkan oleh Lower Management yang berada pada tingkatan ini
untuk pengambilan keputusan.
3. Tingkatan informasi untuk perencanaan taktis dan pengambilan keputusan. Pada
tingkatan ini Middle Management membutuhkan informasi yang datangnya dari
tingkat perencanaan operasional maupun informasi dari luar lingkungan
perusahan seperti informasi tentang pesaing. Informasi tersebut nantinya akan
menjadi dasar pembuatan rencana taktis perusahaan contohnya pembuatan
anggaran maupun pengambilan keputusan seperti penentuan jenis dan harga
barang.
4. Tingkatan informasi untuk perencanaan strategik, kebijakan dan pengambilan
keputusan. Tujuan dan arah perusahaan ditentukan oleh Top Management. Karena
itu informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keadaan lingkungan
luar perusahaan perlu dimiliki oleh tingkat ini demi kemajuan perusahaan.

Lebih jelasnya struktur tingkatan Sistem Informasi Ritel dapat dilihat sebagai
berikut :

IS for transaction processing and ManagementStaff / Clerk
inquiry response

IS for operational planning control and ManagementLower
decision making

IS for tactical planning and MiddleManagement
decision making

IS for strategic and TopManagement
policy planning and
decision making

10.2 Elemen-elmen SIM Ritel



Untuk membangun suatu Sistem Informasi Ritel dibutuhkan beberapa elemen,
meliputi :
1. Perangkat Keras
2. Perangkat Lunak
3. Database
4. Manual Procedur
5. Petugas pengoperasian sistem
Elemen-elemen di atas kemudian tersusun ke dalam suatu sistem konfigurasi,
yang merupakan rangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang serta disusun
secara terpadu dalam suatu sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan sesuai yang
dibutuhkan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam sistem konfigurasi
diantaranya adalah :
- skala usaha
- aplikasi SIM
- volume data
- frekuensi data
- kecepatan data
- keamanan data
Untuk membangun Sistem Informasi Ritel ada beberapa alternatif sistem
teknologi, diantaranya :
1. Teknologi Electronic Cash Register System
2. Teknologi PC-based POS System
Alternatif sistem teknologi di atas dapat dikombinasikan menjadi beberapa konfigurasi
diantaranya :
- Stand Alone
- Register to Register System (Master to Slave System – POS LAN)
- Register to Register to PC System ( Mater-Slave System to Cluster System)
- Register to PC Communication System (Master-Slave POS LAN Communication
System / POS WAN)
10.3 Tahapan pengembangan Sistem Informasi

Berikut ini akan dijelaskan tahapan pengembangan Aplikasi Sistem Informasi
Ritel :
1. Menentukan Jenis dan Skala Usaha
2. Menentukan Lingkup dan Prioritas Sistem Informasi yang dibutuhkan
3. Menentukan Besarnya Volume Data yang akan diproses
4. Menentukan Besarnya Frekuensi Transaksi Data yang akan diproses
5. Menentukan Jenis dan Jumlah Peralatan Mekanisasi yang dibutuhkan
6. Menentukan format Struktur Database
7. Menentukan Jenis dan Format Laporan / Informasi yang dibutuhkan
8. Menentukan Jadual Pengembangan Program-program Aplikasi SIM
9. Menentukan Jadual Pelatihan dan Implementasi
10. Evaluasi
Dalam Sistem Informasi Ritel identifikasi barang memegang peran yang sangat
penting. Mulai dari Jenis barangnya, merk barang, produsen, sampai harga. Untuk
memudahkan identifikasi tersebut, biasanya setiap barang dibuat kodenya sesuai
dengan kelompok jenisnya. Contoh struktur kode barang yang dapat digunakan dalam
sistem informasi ritel adalah sebagai berikut :


Kelompok 10 AlkoholItem 001 Coca ColaItem 004 Aqua
Kelompok20 Non Alkohol GROUP1 MINUMAN



Berikut ini adalah beberapa contoh laporan yang merupakan informasi bagi tingkatan
manajemen yang ada di perusahaan retail :
· Informasi dari data processing yang berguna bagi manajemen tingkat operasional

Laporan Penjualan per Kasir
Tanggal 31 Juli
Shift KodeKasir NamaKasir JumlahTrans NettoPenjualan PotonganPenjualan BrutoPenjualam
I 123 Karmila 76 727.000 0 727.000
II 124 Medya 93 950.000 13.000 937.000


· Informasi bagi tingkat perencanaan taktis

Laporan Penjualan per Item / Kelompok Barang
Tanggal 31 Juli 1998
KodeBarang NamaBarang Unit HargaSatuan JumlahPenj. %RatioPenj. HargaPokok JumlahH.P
10.001 Coca Cola 8 2.000 16.000 7.69 1.570 12.560
10.002 7 up 7 2.000 14.000 6.73 1.570 10.990
10.003 MineralWater 1 3.000 3.000 1.44 2.355 2.355
10.004 Aqua 15 1.500 22.500 10.82 1.177 17.655
LabaKotor % LabaKotor
3.440 21.50
3.010 21.50
645 21.50
4.845 21.53
Kelompok –10
Min.Non ALkohol 31 55.500 36.69 43.560 11.940 21.51


20.001 HeinekenBeer 4 8.500 34.000 16.35 5.984 23.936
20.002 AnkerBeer 0 7.000 0 0.00 4.928 0
20.003 Brandy 3 9.500 28.500 13.71 6.688 20.064
20.004 FrenchWine 1 10.500 10.500 5.05 7.392 7.392
White
LabaKotor % LabaKotor
10.064 29.60
0 ERR
8.436 29.60
3.108 29.60
Kelompok – 20 8 73.000 35.10 51.392
Min. Alkohol
21.608 29.60


30.001 DjieSam SU 5 3.500 17.500 8.42 3.132 15.660
30.002 MarlboroLight 8 3.000 24.000 11.54 2.685 21.480
30.003 DunhilMerah 1 3.200 3.200 1.54 2.864 2.864
30.004 GG Surya 10 2.500 25.000 12.02 2.237 22.370
30.005 GG Filter 3 2.000 6.000 2.89 1.790 5.370
30.006 Benson & 1 3.750 3.750 1.80 3.356 3.356
Hendes
LabaKotor % LabaKotor
1.840 10.51
2.520 10.50
336 10.50
2.630 10.52
630 10.50
397 10.51
Kelompok–30
Rokok 28 79.450 38.21 71.100 8.350 10.51

TotalPenjualan 67 207.950 100.00 166.052 41.898 20.15



· Informasi bagi tingkat perencanaan dan pengendalian strategis
Laporan Perhitungan Laba / Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada
31 Juli 1998
URAIAN
PENJUALAN
- Total Penjualan 21.724.625
- Retur Penjualan 45.000
Penjualan Bersih : 21.679.625 100.0

HPP :
- Persediaan awal 17.599.314
- Pembelian 0
Persediaan siap jual 17.599.314

- Persediaan akhir 1.351.547
HPP : 16.247.767 74.9

LABA KOTOR 25.1

BIAYA OPERASIONAL
- B. Pemasaran 400.000 1.8
- B. Administrasi Umum
Gaji & Upah 2.150.000 9.9
Telp. / Fax. / Listrik 725.000 3.3
Dll 300.00 1.4

Total Biaya Operasional 3.575.000 16.5

LABA Sebelum Pajak : 1.856.858 8.6

PAJAK (pph-25) 0 0.0

LABA BERSIH 1.856.858 8.6