Jumat, 12 Februari 2010

tugas minggu ke-1, tgl 9 Feb '10 "TULISAN MENGENAI RITEL"

Bisnis Ritel Modern (Bagian
Pertama dari Tiga Tulisan)
KPPU Diminta Cermati
Kiprah Carrefour
Sumber: Investor Daily
http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&tas
k=view&id=60586
14/08/2008 23:09:11 WIB
Oleh Trimurti
JAKARTA, Investor Daily

Persaingan bisnis ritel moderen di Indonesia semakin ketat, menyusul
kabar Carrefour Group, peritel nomor dua terbesar di dunia, berniat
mengambil alih saham PT Makro Indonesia. Namun, rencana
tersebut mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Sebab,
Carrefour berpotensi memonopoli usaha ritel di Tanah Air.
Apalagi, perusahaan asal Prancis itu telah menguasai 78,89% saham PT
Alfa Retailindo Tbk melalui anak usahanya, PT Carrefour Indonesia.
Pemegang saham lain Alfa Retailindo adalah PT Sigmantara Alfindo
(20%), sisanya investor publik.
Anggota Tim Ahli Ekonomi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin)
Mudrajad Kuncoro menilai, rencana akuisisi Carrefour terhadap Makro
Indonesia berpeluang menimbulkan praktik monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat. Oleh sebab itu, Mudrajad meminta supaya Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencermati ambisi Carrefour
tersebut.
“KPPU harus mencermati ‘langkah kuda’ yang bakal ditempuh oleh
Carrefour. Lembaga tersebut perlu mengumpulkan data guna mengetahui
apakah rencana akuisisi Makro Indonesia melanggar undang-undang atau
tidak,” kata dia kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (13/8).
Menurut dia, jika Carrefour sukses mencaplok Makro Indonesia,
penguasaaan pasar ritel dalam negeri semakin besar pascaakuisisi 75%
saham Alfa Retailindo awal tahun 2008. Hal tersebut terbukti dari omzet
penjualan Carrefour Indonesia yang meningkat dari Rp 15 triliun menjadi
Rp 17 triliun per tahun setelah mengambil alih Alfa Retailindo.
“Kalau Carrefour berhasil mengakuisisi Makro Indonesia, penguasaan
pasar ritel dipastikan bertambah besar lagi, sehingga berpotensi
mengarah kepada praktik persaingan usaha yang tidah sehat. Namun,
kami masih menghitung angka pangsa pasar yang akan dikuasai
Carrefour bila mengambil alih Makro,” papar dia.
Berdasarkan informasi yang terdapat pada situs Carrefour Group, total
pendapatan Carrefour Indonesia tercatat 427 juta euro atau setara Rp 5,8
triliun pada semester I-2008, naik dibandingkan periode sama 2007 Rp
4,9 triliun.
Mudrajad menjelaskan , KPPU perlu mencermati penguasaan tiga
segmen pasar oleh Carrefour. Pasalnya, dominasi semua segmen juga
berpotensi melemahkan posisi tawar para pemasok. Kalau akuisisi atas
Makro Indonesia terealisasi, jumlah gerai perkulakan (grosir) bertambah
menjadi 19, karena Carrefour kini memiliki 47 gerai hipermarket dan 17
gerai supermarket. Jumlah tersebut sudah termasuk gerai-gerai yang
dikelola Alfa Retailindo.
“Bargaining position Carrefour bisa menjadi sangat kuat terhadap
pemasok. Kalau salah satu pemasok tidak mau bekerja sama, Carrefour
dengan mudah dapat mencari pemasok lainnya yang memberikan
penawaran yang lebih baik,” jelas dia.
Lemahnya posisi pemasok, tandas Mudrajad, terbukti dari biaya trading
term yang ditanggung oleh pemasok Carrefour yang lebih tinggi dari
tahun lalu, sehingga tidak sesuai dengan aturan Departemen
Perdagangan. “Hal tersebut bisa ditanyakan kepada pemasok, kalau mau
membuktikannya,” kata dia.

Belum Jelas

Sementara itu, Director Corporate and Affairs Carrefour Indonesia Irawan
Kadarman enggan berkomentar terkait rencana Grup Carrefour untuk
mengambil alih saham Makro Indonesia. "Saya tidak mau berkomentar
tentang rumor yang beredar," tegas dia.
Menurut Irawan, jika Grup Carrefour ingin mengakuisisi Makro
Indonesia, hal tersebut akan langsung ditangani oleh manajemen
Carrefour Indonesia. "Waktu mengakuisisi Alfa Retailindo beberapa waktu
lalu, prosesnya juga ditangani Carrefour Indonesia," tutur dia.
Hal senada juga diutarakan Direktur Bina Pasar dan Distribusi
Departemen Perdagangan Gunaryo. ”Kami belum mendapatkan informasi
dan laporan apapun dari Makro Indonesia mengenai rencana penjualan
sahamnya. Jadi, saya belum bisa berkomentar,” ungkap dia.
Sedangkan Yudi Budi Wibowo dari Partisipasi Indonesia, lembaga kajian
yang mengamati perkembangan industri ritel di Tanah Air, mengatakan,
dominasi Carrefour dewasa ini semakin terasa, terutama sejak
hipermarket asal Prancis itu mengakuisisi Alfa Gudang Rabat.
Menurut dia, tinggal satu langkah lagi bagi Carrefour untuk memperkuat
dominasinya di pasar ritel, yakni dengan mencaplok Makro Indonesia.
“Kalau hal itu sampai terjadi, persaingan bisnis pada industri ritel semakin
tidak sehat, khususnya bagi para pemasok barang. Sebab, posisi mereka
semakin lemah. Ini yang harus diwaspadai pihak-pihak terkait," ujar dia.
Sebelumnya, manajemen SHV Holdings NV (SHV) bersama para pemilik
saham lainnya Makro Indonesia berencana menjual seluruh saham. “SHV
telah memutuskan untuk memfokuskan strategi pengembangan Makro di
negara-negara lain khususnya Thailand,” kata Joost van Klink, jurubicara
SHV, belum lama ini.
Penjualan saham Makro Indonesia akan dilakukan melalui proses lelang.
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) telah
ditunjuk sebagai penasihat keuangan. Proses penjualan diperkirakan
selesai akhir tahun.
“Makro Indonesia adalah perusahaan ritel moderen pertama di dalam
negeri yang menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun
terakhir,” kata Presiden Direktur Makro Indonesia Kuswanto Gunadi.
Kuswanto menambahkan, penjualan Makro Indonesia melonjak tajam
dalam dua tahun terakhir, yakni rata-rata di atas 25% per tahun. Oleh
karena itu, lanjut dia, penjualan sahamnya merupakan kesempatan baik
bagi investor baru, khususnya bagi mereka yang berkomitmen tinggi
dalam mengembangkan bisnis ritel di Indonesia.
Menurut dia, Makro Indonesia memberikan peluang bisnis yang unik dan
cukup atraktif bagi pemodal baru. Sebab, perusahaan tersebut memiliki
gerai-gerai di lokasi strategis, karyawan berpengalaman, dan manajemen
solid.

Tidak ada komentar: